Pak Tua dan Gadis Kecilnya

Rehat dari penatnya hari ini, sembari keluar... Aku menyempatkan untuk mampir sebentar di salah satu toko serba ada kekinian yg banyak menjamur di sepanjang jalan raya untuk membeli bubuk kopi yg kuseduh tiap hari. Tidak butuh waktu lama untuk menyambangi rak kopi tersebut. Dan, kupapas sebuah paras.
Kulihat....seksama....
Parasnya tua, menyiratkan letihnya kerja tergambar melalui guratan kerut wajahnya, matanya sayu seakan telah hafal melihat sandiwara kehidupan, dan tatapannya teduh seolah memberikan ketenangan bahwa semua akan baik-baik saja. Kemudian ia menatapa lekat. Namun, bukan padaku. Semua ekspresi itu ditujukan pada gadis kecil yg ia gandeng di sampingnya sembari melepaskan tangan mungilnya untuk membiarkan jemarinya memilih snack yg diinginkan. Anaknya. Ah bukan. Pasti cucu. Kesayangannya. Terlihat garis bibir dengan senyum tulus sekali ketika gadis kecil itu mengambil beberapa snack kemudian menoleh pada Pak Tua agar diiyakan. Merayu dengan binar mata polosnya. Aih. Manis sekali kejujuran dibaliknya. Bagaimana tak luluh Pak Tua ini melihat gadis kecil manis itu. Bergegas Pak Tua mendekatinya dan kembali tersenyum agar snack itu jadi diambil dan diajaknya berkeliling menyusur rak rak yg lain untuk memilih snack lainnya. Tulus sekali. Sungguh. Betapa tak terbendung rasa haruku pada Pak Tua, yg masih dengan pakaian sederhananya mengantarkan gadis kecilnya. Berusaha membahagiakan dan memberikan apapun yg bisa membuat gadis kecilnya tersenyum.

Terima kasih cerita dan momen petang ini, Pak Tua.
Sehat selalu. 
Usiamu semakin renta. Dan gadis kecilmu akan terus tumbuh. Semoga dia menjadi gadis baik seperti doa yg terus engkau alirkan pada-Nya
Dia beruntung memilikimu yg begitu tulus menyayanginya.

- aku, yg memperhatikanmu dari balik rak kopi....

Komentar