Inspired by... 2



Terkadang kita tidak pernah melihat bahwa kesempatan sudah berada di depan mata. Kita diam dan begitu saja membiarkannya terlewat, dan pada akhirnya apa? Hanya kecewa yang tinggal, hinggap, dan bersarang didalam hati.
Terus terang, kehilangan kesempatan yang ada depan mata itu benar-benar menyakitkan. Sangat.
Ketika kita menggadaikannya dengan hal yang kita anggap pada saat itu lebih penting. Padahal setelah waktu berlalu, kita baru akan mengetahui bahwa yang telah kita abaikan adalah yang sebenarnya bisa menjadi kesempatan emas bagi kita.
***
Begitupun aku.
3 Mei 2013..
Aku telah melewatkannya dengan sangat sia-sia. Betapapun bila aku menyadarinya sekarang, aku sangatlah bodoh di waktu itu. Telah hancur semua yang aku harapkan semenjak aku duduk dibangku SMP. Dan aku juga mulai menyadarinya, bahwa memang sebenarnya aku belum pantas untuk mendapatkan semua itu. Selama ini, aku hanya mengerjakannya dengan setengah-setengah, dengan hati yang belum benar-benar merasa “cinta”. Aku tahu, masih banyak pelajaran yang mesti aku perbaiki untuk bisa mendapatkannya. Mendapatkannya bukan hanya secara simbolis saja. Tapi juga dari hati nurani dan akal yang benar-benar bisa tulus dan merasakan bagaimana pengorbanan rasa untuk bisa mendapatkannya.
Kini..
Benar kata orang-orang. Ketika penyesalan itu selalu datang di akhir. Dan aku kembali melakukannya. Ibarat sedang terjebak didalam lubang yang sama kembali, sudah tahu bagaimana cara untuk keluar dari jebakan itu, namun masih saja bisa terjebak jatuh ke dalam lubang tersebut.
Mungkin dari sinilah aku harus mulai membiasakan diri untuk berfikir positif. Berfikir secara baik untuk akal dan hatiku. Berfikir bagaimana aku bisa bergerak memperbaikinya, dan menjadikan rasa menyesalku sebagai pacuan hidup untuk kembali mendapatkan kesempatan. Walau bukan kesempatan yang sama.


Dan hai, untuk yang merasa mengetahui secuil dari perkataan ini. Maafkan aku, tidak bisa menjadi bagian dari kalian. Kalian terlalu besar untukku. Kalian telah memiliki hati yang tulus dan merasakan beratnya berkorban rasa. Sedang aku? Aku hanya bisa meminta maaf pada kalian, karena belum bisa memiliki hati yang tulus dan merasakan bagaimana mengorbankan rasa-rasa yang selalu bergejolak seiring waktu. Kalianlah yang lebih pantas untuk menerimanya. Karena kalian begitu menghayati dan paham akan rasa syukur dan kesempatan itu. Sedang aku? Aku harus kembali belajar untuk lebih bersyukur dalam menatap kesempatan yang akan datang.

Opportunity….
Please come again.

Bila waktu berputar mundur, aku akan berkata iya untuk kesempatan yang lalu. Namun sayang, itu sama seperti berharap sesuatu yang palsu. tidak akan pernah terjadi. Hanyaaa... Inilah yang bisa aku ungkapkan, bahwa aku telah belajar dari kalian. Betapa rasa trimakasih ini tak bisa membalas semua potret yang kalian tunjukkan untukku. Hanya guguran daun yang mengerti waktu. Saksi mati dari waktu yang telah aku sia-sia kan.
Terimakasih untuk kalian. Kalian begitu berharga. Terimakasih :).
Menjadi sebagian kecil dari kalian, adalah hal yang patut aku syukuri.
Terimakasih untuk kalian. Kalian yang telah mengajarkanku tentang pentingnya rasa persaudaraan, kekeluargaan, kerjasama, ketulusan hati, pengorbanan hidup dan arti senyuman serta peluh yang selalu ada tepat di gurat-gurat wajah masa depan.

dan untuk teman-teman, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ada didepan mata sekalipun ada batu besar yang menghalangi. lompatilah batu itu, jadikan batu itu pijakan untuk meraih kesempatan kalian :)
Inspired by: D.S.D.N.

Komentar