Terkadang kita tidak pernah melihat bahwa
kesempatan sudah berada di depan mata. Kita diam dan begitu saja membiarkannya
terlewat, dan pada akhirnya apa? Hanya kecewa yang tinggal, hinggap, dan
bersarang didalam hati.
Terus
terang, kehilangan kesempatan yang ada depan mata itu benar-benar menyakitkan. Sangat.
Ketika kita
menggadaikannya dengan hal yang kita anggap pada saat itu lebih penting. Padahal
setelah waktu berlalu, kita baru akan mengetahui bahwa yang telah kita abaikan
adalah yang sebenarnya bisa menjadi kesempatan emas bagi kita.
***
Begitupun aku.
3 Mei 2013..
Aku telah melewatkannya dengan sangat sia-sia. Betapapun bila aku
menyadarinya sekarang, aku sangatlah bodoh di waktu itu. Telah hancur semua yang
aku harapkan semenjak aku duduk dibangku SMP. Dan aku juga mulai menyadarinya,
bahwa memang sebenarnya aku belum pantas untuk mendapatkan semua itu. Selama ini,
aku hanya mengerjakannya dengan setengah-setengah, dengan hati yang belum
benar-benar merasa “cinta”. Aku tahu, masih banyak pelajaran yang mesti aku
perbaiki untuk bisa mendapatkannya. Mendapatkannya bukan hanya secara simbolis
saja. Tapi juga dari hati nurani dan akal yang benar-benar bisa tulus dan
merasakan bagaimana pengorbanan rasa untuk bisa mendapatkannya.
Kini..
Benar kata
orang-orang. Ketika penyesalan itu selalu
datang di akhir. Dan aku kembali melakukannya. Ibarat sedang terjebak
didalam lubang yang sama kembali, sudah tahu bagaimana cara untuk keluar dari
jebakan itu, namun masih saja bisa terjebak jatuh ke dalam lubang tersebut.
Mungkin dari
sinilah aku harus mulai membiasakan diri untuk berfikir positif. Berfikir secara
baik untuk akal dan hatiku. Berfikir bagaimana aku bisa bergerak
memperbaikinya, dan menjadikan rasa
menyesalku sebagai pacuan hidup untuk kembali mendapatkan kesempatan. Walau bukan
kesempatan yang sama.
Dan hai, untuk
yang merasa mengetahui secuil dari perkataan ini. Maafkan aku, tidak bisa
menjadi bagian dari kalian. Kalian terlalu besar untukku. Kalian telah memiliki
hati yang tulus dan merasakan beratnya berkorban rasa. Sedang aku? Aku hanya
bisa meminta maaf pada kalian, karena belum bisa memiliki hati yang tulus dan
merasakan bagaimana mengorbankan rasa-rasa yang selalu bergejolak seiring waktu. Kalianlah yang lebih pantas untuk menerimanya. Karena kalian
begitu menghayati dan paham akan rasa syukur dan kesempatan itu. Sedang aku? Aku
harus kembali belajar untuk lebih bersyukur dalam menatap kesempatan yang akan
datang.
Opportunity….
Please come again.
Bila waktu berputar mundur, aku akan berkata iya untuk kesempatan yang lalu. Namun sayang, itu sama seperti berharap sesuatu yang palsu. tidak akan pernah terjadi. Hanyaaa... Inilah yang bisa
aku ungkapkan, bahwa aku telah belajar dari kalian. Betapa rasa trimakasih ini tak bisa
membalas semua potret yang kalian tunjukkan untukku. Hanya guguran daun yang
mengerti waktu. Saksi mati dari waktu yang telah aku sia-sia kan.
Terimakasih untuk
kalian. Kalian begitu berharga. Terimakasih :).
Menjadi sebagian kecil dari kalian, adalah hal yang patut aku syukuri.
Menjadi sebagian kecil dari kalian, adalah hal yang patut aku syukuri.
Terimakasih untuk
kalian. Kalian yang telah mengajarkanku tentang pentingnya rasa persaudaraan,
kekeluargaan, kerjasama, ketulusan hati, pengorbanan hidup dan arti senyuman
serta peluh yang selalu ada tepat di gurat-gurat wajah masa depan.
dan untuk teman-teman, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ada didepan mata sekalipun ada batu besar yang menghalangi. lompatilah batu itu, jadikan batu itu pijakan untuk meraih kesempatan kalian :)
Inspired
by: D.S.D.N.
Komentar
Posting Komentar